Aku dan Nymphomania ku (Part 1)


Sebelum kita membahas tentang bagaimana dan seperti apa nymphomania yang menjangkit pada bagian otak depan ku, kita harus tahu dulu apa itu nymphomania sebenarnya.

Pertama-tama kita luruskan dulu ya, mengenai seks. Pembicaraan ini sering dianggap tabu dan sangat sensitif bila dipublikasikan.

Kenapa? Karena bila kita berbicara tentang seks, selama ini yang terlintas dalam pikiran adalah hubungan seksual yang terjadi antara dua orang. Padahal seks sendiri memiliki arti jenis kelamin.

Persepsi yang seringkali kurang benar tentang seks bisa diakibatkan karena kurangnya sex education atau pendidikan tentang seks.

Jika dilihat mundur ke belakang, apa sih yang mengakibatkan kurangnya pendidikan seks dikalangan remaja? Alasan utama adalah karena orang tua masih menganggap bahwa berbicara tentang seks dengan anak mereka, hanya akan mempengaruhi pikiran dengan hal-hal yang belum sepantasnya diketahui oleh mereka. 

Dengan masih adanya pemikiran seperti ini, remaja yang memiliki sifat keingintahuan yang tinggi akan mencari sendiri informasi tentang seks.

Dikhawatirkan remaja tersebut malah mendapat informasi yang salah mengenai seks dan pada akhirnya merugikan remaja itu sendiri.

Nah, begitu juga dengan yang ami alami. Ami dari SMP emang udah "penasaran" sama hal-hal yang berbau seks. Hobi baca artikel dari SD, membuat aku menyalahgunakan hobi ini untuk membaca artikel mengenai hal tersebut.

“Seseorang itu tergantung pada agama sahabatnya, maka perhatikanlah salah seorang dari kamu kepada siapa dia bersahabat.” (HR Abu Daud)

Ya, hadist itu emang tepat banget. Ami waktu SMP anak masjid banget. Namanya KARISMA (keluarga Remaja Masjid) SMPN 4*. Alhamdulillah ami disana dapat teman dan Murobi' yang baik, support dan merangkul banget! makanya ami gak berani macem-macem.

Tapi rasa penasaran tetep aja ada, sampe-sampe ami pernah nanya sama temen sebangku waktu kelas 8, kalau ditembak cowok terus mau bilang terima harus ngomong gimana sama si cowok itu (?). Padahal belum pernah disukai sama cowok. Kepedean banget kan ya.

Akhirnya pas kelas 9, ada yg naksir juga nih ceritanya sama ami, ya berhubung penasaran akhirnya diterima deh. Sebab ami ingin tahu dunia pacaran tuh kaya apa sih?

·       Faktor Ayah
Belum lagi, sebenarnya ami memang secara tidak sadar sedang mencari "pelarian" karena masalah di rumah. Karena sosok ayah yang kasar, keras, dan otoriter. Belum lagi ayah ku juga berpoligami sejak 2001/2002. Sedangkan aku baru tahu tentang hal ini sekitar 3 tahun lalu.

Aku tidak mau menceritakan lebih dalam tentang ayah ku ini, ami sudah pilu, sedih, dan tidak mau ku ingat lagi tentang semua itu. Ami hanya berharap, luka lebam, luka merah, luka darah hanya akan membekas di fisik, bukan di hati. Semoga..

·       Faktor Ibu
Sedangkan ibu ku tipe yang keras kepala dan enggan mendengarkan keluhan anak-anaknya (mungkin Beliau memang sudah lelah dengan beban hidup yang diterima dari suaminya).

Sampai suatu kasus ami (umur 7/8 tahun) memang sudah biasa main dengan anak-anak cowok di komplek. Kala itu, kita sedang main pada sebuah rumah kosong.

Ya awalnya cuma main tanah aja, tapi entah kenapa mereka malah peluk-peluk tubuh ku. Aku pikir itu mereka sedang usil seperti biasa, jadi ami diam aja. Tapi ketika ada temanku yang memprovokasi untuk mengejekku, bahwa aku udah melakukan hal "gituan" sama mereka. Kejadian itu sampe heboh satu RW.

Pada saat kejadian itu, Ibuku lah yang pertama mengetahui tentang hal itu dibandingkan dengan anggota keluargaku yang lain.  Dia marah, kecewa, hingga memukul paha dengan gantungan baju bundar berkali-kali hingga membekas berhari-hari.

Satu hal yang membuatku terluka adalah, disaat aku dipermalukan oleh semua orang, ibuku sendiri memperlakukan ku begitu. Tanpa satu pun pertanyaan yang dia ajukan kepadaku tentang kronologis dsb. Jangankan menanyakannya, rasa percaya padaku pun sepertinya tidak terbesit sedikit pun. Sampai akhirnya aku benar-benar terluka dalam batin.

·       Faktor Anggota Keluarga
Masih belum cukup disitu, masih ada bebanku yang lain. Adalah sosok kakak perempuan ku yang selalu iri denganku dan entah kenapa dia membenci, sangat sangat sangat membenci aku.

Dia tidak pernah lelah untuk selalu mencari kesalahanku, seolah ingin membuktikan kalau orangtuaku telah salah terlalu jatuh hati kepadaku. Bisa jadi dimatanya aku terlalu busuk untuk dicintai keluargaku sendiri.

Bahkan saking bencinya dia sama Ami, di hari pernikahan ku pun dia tidak datang. Tapi Ami sendiri pun tidak mau dia datang sih, hehehe.

Mungkin ada yang sedikit kaget, ternyata aku memiliki kakak perempuan. Lalu kenapa tidak pernah dipublikasikan di sosmed atau apapun. Iya memang, memang ami sembunyikan dari publik identitas yang menurut ami itu adalah aib.

Hanya orang-orang yang benar-benar dekat dengan ami yang tahu dari A sampai Z tentang cerita ini. Beban demi beban yang menumpuk ini lah yang membuat ami pikir dan ami rasakan tidaklah cukup untuk diceritakan hanya kepada seorang sahabat.

Makanya ketika ada cowok yang perhatian dikit, baik dikit, dan peduli dikit sama Ami, perasaan Ami semakin ingin pergi berlari menjauh dari keadaan ini. Batin ini memberontak. Entah kapan Ami sanggup menahan ledakan bom waktu ini.

Akhirnya, pelarian pun tertuju pada pacaran ini. Ibarat air yang lumer dari suatu gelas, ia akan membasahi sekitar gelasnya juga.

Suatu masalah akan berdampak pada sekitarnya juga. Lari dari hal negatif, akan menuju pada yang negatif pula. Jadi ya gak akan jauh-jauh lah ya.

***

·       Masa pubertas
Sebelum ke dunia pacaran, ami mau cerita pertama kali jatuh cinta sama cowok. Waktu itu ami umur 12 tahun, kelas 6 SD.

Cowok itu sodara tetanggaku, dia tentara, beda 11 tahun dengan ku. Baik dan emang cowok idaman banget. Ami pernah bilang terus terang sama dia, kalau ami suka sama dia. Karena dia berpikir logis kali ya, jadi dia menolak dengan cara sengaja menghindar dari bocah bau kencur seperti ku.

Tahu gimana kalau ami jatuh cinta? Ami banyak mengkhayal. Ami kasih tahu cara pandang ami berkhayal.
-hari ini ada nonton bareng di aula masjid, aku harus dandan yang cantik biar gak malu-maluin kalau ketemu si dia.
-Kalau aja ada si mas itu disini, temenin aku. Aku mau ajak ngobrol dia, cerita masa kecil aku yang kurang bahagia. Mungkin dia bisa jadi pelipur hati aku.
-Aku lagi main karoke-karokean, aku harap dia lagi memperhatikan aku ditempat yang aku tidak tahu dia dimana. Dia tersenyum dan merasa ingin menemaniku bernyanyi.
-Andai aja dia bisa tinggal bareng aku, dia bisa tahu kalau aku abis mandi tuh cantik banget. Dia juga bisa tahu kalau aku makan gembul banget. Dan aku harap dia selalu memperhatikan tingkah laku ku yang konyol setiap saat
 -Aku lagi main ke kebun binatang sama keluarga, aku harap dia juga lagi disana, kita gak sengaja ketemu dan akhirnya ngobrol panjang lebar. Kita malah jadi tamasya berdua deh. Hehehe
Bayangkan deh, umur 12 tahun aku udah mikir kaya gitu. Khayalan-khayalan itu tuh gak jauh beda saat aku jatuh cinta sama cowok ketika dewasa.

·       Pertama Kali Tahu Dunia Pacaran
Dimulailah masa pacaran ini (Agustus, 2009). Sama satu cowok, anak band, suaranya kaya cewek, tapi palyboy. Sukanya nyakitin, pergi-pergi terus sama cewek lain dan perokok.

Sifat ami yang memang selalu cari perhatian dari orang lain, membuat aku tidak mudah menyerah. 3 bulan disia-siakan, akhirnya membuat ami menyerah juga.

Bukan hanya karena cowoknya yang super nyebelin, tapi karena kekerasan demi kekerasan Ami terima dari keluarga akibat pacaran ini.
Yah, memang Orang tua ami punya prinsip yang kontra sama pacaran ini. Mereka kalau sudah ditentang, serasa mereka lah yang paling benar.
Awal tahun 2010, tepatnya malam tahun baru. Ada satu insiden yang tidak akan terduga sebelumnya. Mungkin ini menjadi faktor terbesar kenapa ami bisa memiliki libido yang tinggi.  Nanti ami akan cerita di part 2 ya...

Komentar

Recomendasi

Kasih Judul Sendiri ya :D

Cerita