Sepeninggalmu..

Sejenak membayangkan perpisahan diantara kita. Bukan jarak antar kota maupun negara, melainkan suatu pemisah kehidupan, yaitu kematian.

  

Aku tahu itu akan menjadi bagian hidup paling sulit yang pernah aku lalui nantinya, yang pasti dialami oleh setiap insan manusia. Adalah kehilangan belahan jiwa.

Tiba-tiba ada air menggenang dimataku, melihat kamu pergi mendahuluiku dalam bayangan sesaat.

Aku tidak mau terlalu memikirkannya, karena itu sangat membuatku khawatir dan semakin takut kehilangan. Tapi, aku pun mencoba realistis. Sedetik merenung, mencoba sedikit memberi petunjuk kepada diriku dimasa depan lewat tulisan ini.

Seketika aku terdiam. Memikirkan rencana-rencana yang baiknya ku lakukan ketika kamu telah tiada. Ada baiknya juga aku memikirkannya dari sekarang, karena ntah akan sekacau apa nantinya diriku saat itu tiba. Ku coba menulisnya, agar ku ingat itu semua.

Hal pertama yang mungkin akan aku lakukan adalah menjual motor kesayanganmu. Bukan semena-mena atas harta mu atau dengan jahatnya aku 'membuang' kenangan itu bersamamu. Tapi aku tahu, saat itu tiba, melihat benda kesayanganmu akan menjadi hal paling menyakitkan. Aku akan melepasnya dengan harga berapapun. Asalkan benda itu tidaklah lagi nampak di depan mataku.

Hal kedua yang aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa menyembuhkan luka ku yang ambruk tanpa sosok penguat darimu lagi. Mungkin aku akan sekolah, membeli buku, konseling atau mengikuti pelatihan khusus agar aku sedikit 'melupakan' kenangan kita yang indah, yang mungkin saat itu akan menjadi menyakitkan untukku. Jika aku telah siap, aku akan mengingatnnya lagi. Mungkin dengan begitu perlahan aku bisa sembuh dari patah hatiku dan kembali bisa bangkit untuk melanjutkan hidup.

Hal ketiga yang aku lakukan adalah fokus membesarkan anak-anak kita, dengan segenap jiwa dan raga. Aku akan berusaha menjadikan anak-anak sebagai motivasi dasar agar aku kuat untuk melangkah lagi walau tanpa kamu disisiku lagi.

Ntah badai apa yang akan aku lalui dalam prosesnya, namun aku akan berpegang teguh pada ikatan cinta kita yang sama sama kita bangun sebagai pondasi keluarga kecil ini.

Jika kemungkinan kondisiku sangat buruk pada saat itu, aku berpikir, boleh jadi aku akan pindah ke tempat yang tidak pernah ada kenangan tentang kita sama sekali. Menggoreskan lembaran baru untuk bisa memulihkan dan sedikit mencari kewarasan, agar bisa melihat lebih luas arti dan hikmah dari semua ini. Menyertakan anak-anak kita juga tentunya.

Uang yang ku dapat dari hasil menjual motormu, akan aku gunakan untuk modal usaha atau semacamnya, agar aku bisa melanjutkan hidup bersama anak-anak. Mendidiknya, dan membangun masa depan untuk mereka.

Mungkin akan ada yang bertanya kepadaku, tentang "mencari pengganti mu..?" hmm.. aku tahu mungkin kehilanganmu akan menjadi lubang terdalam dalam hatiku. Tidak bisa diisi dengan mudah oleh hal hal yang sudah aku lakukan diatas tadi. 

Lubang itu butuh diisi dengan kebahagiaan yang mungkin bisa datang dari seseorang.

Tapi bukan itu maksudku. Seseorang itu bisa saja anak-anak atau mungkin teman-teman. Tapi ntah lah, apa aku sanggup hidup tanpa teman hidup? Walaupun aku begitu sendirian hingga harus memiliki pasangan, aku hanya bisa berharap

❣mendapatkan pengganti sebaik dirimu, semengerti dirimu. Kalaupun tidak, aku harap, setidaknya dia tidak akan menyakitiku dan menyia-nyiakan diriku, -jika masih ada-

❣Melepas masa jandaku dikala anak-anak sudah menjalani hidupnya masing-masing

❣jika aku harus menikah lagi, aku tidak ingin suamiku kelak malah akan menjadi pelampiasanku terhadap lukaku atas kehilanganmu. Sehingga dia yang harus bertanggung jawab atas kesedihan dan kesepian ku. Aku hanya ingin menikah lagi, jika aku benar-benar sudah sembuh,

dan yang paling penting

❣ aku harap, aku menikah lagi dengan alasan ada suatu urusan yang mengharuskan untuk menikah. Seperti misalnya atas permintaan anak-anak, atau mungkin aku akan berangkat haji/umrah yang mengharuskan aku pergi dengan mahram dan keluarga tidak ada yang bisa ikut. Namun akan kuusahakan mencari pendamping bukan terikat akan pernikahan.

 Atau mungkin sedarurat-daruratnya adalah jika psikologisku yang tidak kunjung membaik dan memang pernikahan adalah obatnya, -walaupun sebenarnya aku tidak ingin seperti itu.

Aku tidak tahu.. Wallahualam..

Aku hanya tidak ingin memaksakan diri. Jika nanti aku nyaman dengan hidupku dan anak-anak, aku hanya bisa menikmati itu sampai mati. Hingga menyusul mu ke syurga nanti.

Namun, jika ada sosok lain yang harus datang sebagai pengganti, aku hanya ingin bisa tetap mencintaimu dalam hati. Jika itu mungkin..

Dan air mata itupun menetes.. ~~

Aku sayang kamu, miranto ku.. Selamanya dan Seterusnya..

Komentar

Recomendasi

Kasih Judul Sendiri ya :D

Cerita