Emergency Trip (Trik Mudik Tanpa Macet di Zona Puncak Arus Balik)



Momen yang paling tepat untuk berkumpul seluruh keluarga adalah saat Lebaran. Di momen tersebut kita bisa menciptakan suasana hangat bersama keluarga yang telah lama hilang karena kesibukan masing-masing. Dan di momen lebaran kali ini akan ada pembicaraan besar mengenai sepupu ku (Rifky) yang akan melangsungkan pernikahan tepat sebulan setelah momen Lebaran ini.

Diadakan lah rapat penting di rumah ku yang dihadiri Nenek ku yang memang sudah ada di rumah ku selama 3 bulan ini, sepupu ku yang akan menikah tentunya, paman ku, kedua orang tua sepupu ku yang juga adik dari ibu ku dan tak lupa juga kami sebagai tuan rumah. Permasalah-permasalahan mulai timbul karena memang ada sedikit konflik yang telah tengah mengendap beberapa bulan ini.

Karena rapat penting ini tidak dihadiri oleh semua personil keluarga, hal itu membuat kami memutuskan untuk berangkat mudik di H+2 Lebaran kala itu. Kami pun berencana berangkat ke kampung halaman untuk merapatkan rencana pernikahan ini dengan keluarga besar sekaligus untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalamnya.

Setelah sholat Ashar kami berencana, setelah sholat Isya kami berangkat. Ini bisa disebut sebagai mudik dadakan. Tepatnya pukul 8.40 malam kami benar-benar berangkat dari Bandung menuju Kuningan, Jawa Barat setelah persiapan yang cukup singkat. Kami pun mulai menyusuri perjalanan malam darurat ini dengan menggunakan mobil sewaan - avanza hitam.

Di dalam  mobil, ayahku yang menjadi driver, paman ku yang juga adik ipar ibu ku  (Om Tomi) duduk di depan  sebelah driver. Ditengah ada Nenek ku, ibu ku dan juga adik ibuku. Sedangkan yang duduk di paling belakang ada aku sendiri (ami fajriani) dan adik ku (Fikri) dan juga ada adik sepupu ku (Wildan). Sedangkan paman ku dan Rifky pergi duluan saat maghrib menggunakan sepeda motor.

Karena rumah ku yang tak jauh dari perbatasan kota, maka pukul 9.00 malam pun kami telah sampai Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Untung lah lalu lintas malam itu lancar dan malah cenderung sepi. Kami menyusuri jalanan Sumedang antara Tanjungsari - Cadas Pangeran - Rancakalong - Cimalaka - Nyalindung - Paseh hingga Tomo pun kami lalui dengan lancar tanpa macet kecuali saat lampu merah di Alun-alun kota Sumedang. Namun kami berhenti sejenak di SPBU Tomo untuk beristirahat.

Setelah 10 menit beristirahat kami pun melaju lagi dan masuk di Kadipaten, Majalengka. Dari sana kami masuk pintu Tol Cipali - Palimanan untuk langsung menuju Tol Ciperna dan keluar di perbatasan Cirebon -Kuningan. Hal ini untuk mempercepat waktu untuk langsung masuk Kota Kuningan. Dengan begitu waktu tempuh Bandung - Kuningan hanya mencapai 5 jam. ini adalah waktu normal biasanya saat kami pergi ke Kuningan dengan menggunakan mobil. 

Perjalanan berangkat dilalui tanpa macet kecuali di lampu merah Alun-alun kota Sumedang dan pintu Tol Cipali - Palimanan untuk mengantre tiket Tol. Aku sangat bersyukur karena mudik kali ini tak ku rasakan macet dan harus duduk berjam-jam dalam mobil. Dan kami pun sampai di tujuan pada pukul 2.35 dini hari.

Keesokan paginya, kami pun melakukan aktivitas seperti pada momen Lebaran biasanya. Seperti mengunjungi makan Kakek ku, berkunjung ke rumah saudara-saudara di sana. Dan juga niat utama kami untuk rapat penting. Sekitar pukul 4.30 sore, kami pun lekas pulang ke Bandung. Kami buru-buru pulang karena hari ini juga kami harus mengembalikan mobil avanza sewaan kami.

Baru saja kami keluar di jalan raya Cilimus - Linggarjati Kuningan jalanan tergolong macet padat merayap. Kami pun memutuskan untuk lewat Mandirancan untuk langsung masuk  ke Majalengka. Namun jalan ke arah sana ditutup dan kami harus putar balik jauh untuk kesana. kami tak punya waktu, akhirnya kami pun memutuskan untuk mengambil jalur Sumber Kabupaten Cirebon. 

Waktu maghrib pun telah masuk dan kami pun istirahat sholat maghrib dan makan nasi goreng terlebih dahulu. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi. Dari Sumber kami meneruskan jalan masuk Majalengka melewati jalur Sindangwangi - Raja Galuh - Sukahaji - Alun-alun kota Majalengka - Panyingkiran hingga ke Kadipaten. Dan dari Kadipaten kami langsung meneruskan perjalanan ke pintu Tol Cipali  - Palimanan ke arah Bandung. 

Kami tidak mengambil jalur ke arah Sumedang karena setelah aku check di Google Map, ternyata jalur antara Cadas Pangeran hingga Tanjungsari macet total. Dan sudah menjadi langganan kami jika melawati jalur tersebut di arus balik seperti ini butuh waktu 7 hingga 8 jam untuk melewatinya. Sedangkan kami sebelum jam 12 malam nanti harus sudah mengembalikan mobil ini.

Melihat jalur Tol Cipali - Kertajati -  Cikopo - Cikampek - Cipularang - Purbaleunyi ramai lancar di Google Map akhirnya kami mengambil jalur tersebut. Walau pun di daerah Subang tampak jalur sedikit merah. melihat berita ternyata disana sekitar kilometer 103 terjadi longsor yang mengakibatkan jalan Tol amblas yang juga membuat jalanan sedikit terhambat karena kendaraan yang berhati-hati saat hendak melintasi titik longsor tersebut. Itu bukan lah hambatan dan kami pun memantapkan niat kami untuk menggunakan jalur tersebut.

Saat melewati jalur tersebut benar saja, jalanan ramai lancar dan bahkan cenderung kosong. Laju mobil yang kami tumpangi pun konstan di kecepatan 100 kilometer per jam. Paling lambat-lambatnya di kecepatan 80 kilometer per jam. Bisa dibayangkan betapa lancarnya dibanding kami harus melewati jalur Sumedang.

Sekitar pukul 10.00  malam kami  sampai di kilometer 69 -Tol Cikampek, kami bertemu titik macet. Padahal di kilometer 68 kami akan berbelok ke arah Tol Cipularang mengarah ke Bandung. Dan butuh waktu 20 menit untuk sampai di kilometer 68. Macet yang cukup parah memang. Dan macet ini mengarah ke Jakarta. Ketika kami sampai di kilometer 68 kami pun mengambil jalur ke kiri dan memisahkan diri dari kemacetan parah. terlihat barisan panjang nan padat menuju pintu Tol Cikampek di kilometer 70. 

Kami pun berbalik dan memasuki Tol Cipularang. Tampak dari kejauhan antrean panjang nan padat pula di jalan Tol yang mengarah ke Jakarta dari jalur selatan. Dan panjang antrean tersebut lebih panjang dari antrean mobil dari arah Cipali (Jalur Pantura). Melihat macet yang parah ini membuat hati miris karena  kami sendiri tidak mengalami kemacetan seperti mereka. Butuh sekitar 5 kilometer lamanya untuk menyusuri jalan tersebut agar menemukan titik dimana jalur tersebut belum terkena macet.

Dari jalur Cipularang hingga ke Tol Pasteur Bandung hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Jalanan terpantau sangat kosong. Pengguna jalur tersebut hanya bisa terhitung jari. Sedangkan jalur sebaliknya tergolong ramai lancar. Dan akhirnya kami pun sampai di pintu Tol Pasteur dengan membayar tagihan Tol sebesar Rp. 112.000,-. Harga yang fantastis memang. Harga Tol Cipali memang paling mahal dari Tol yang ada. Rupanya kami perlu membayar mahal waktu tempuh perjalanan cukup singkat tanpa macet tersebut.

Pukul 11.20 malam, akhirnya kami sampai di Rumah dan pada 11.45 kami masih sempat untuk mengembalikan mobil. Terhitung 6 jam waktu perjalanan pulang kami. Ini sungguh pengalaman luar biasa yang pernah aku alami. Dimana orang lain butuh waktu 10 sampai 12 jam di jalan raya untuk mudik, namun aku tidak mengalami hal itu. Kebagian macet pun hanya 1 kilometer saja. Dan itu pun kami mepet-mepet di bahu jalan agar kami bisa selap-selip.

Semoga tips ini membantu pembaca yang akan mudik atau balik ke kota ya. Hikmahnya, "waktu itu berharga dan mahal harganya."
bye guys!~


Komentar

Recomendasi

Kasih Judul Sendiri ya :D

Cerita