SAMUDRA KEHIDUPAN

 Based on True Story

Ami Fajriani

Sumber: id.pinterest.com

Cerita ini ditulis berdasarkn sudut pandang penulis, dimana yang tertulis adalah luapan emosi dan kenangan yang mungkin berkesan atau mungkin ingin dilupakan. Jangan tersinggung, jika tidak setuju mohon untuk tidak melanjutkan membaca.

* * * * * *

Ini adalah cerita perjuangan kami, tepatnya perjuangan seorang Pangeran yang mati-matian menahan segala ombak dan angin kencang ditengah badai kehidupan akibat dari Pandemi Covid-19 tahun 2020 hingga 2021.

Kala itu, akhir Bulan Januari 2020. Hari yang cerah untuk menikmati hidup. Beberapa isu akhir-akhir ini begitu membuat khawatir. Namun Aku dan Suamiku memilih untuk santai saja, tidak mau terlalu menghiraukan.

Rencana weekend ini, Mas Anto-Suamiku akan pergi ke Pantai Pangandaran, ini acara dari kantor yang memang rutin dilakukan setiap paska awal tahun, pertengahan tahun dan menjelang Akhir tahun. Hari itu tepatnya pada tanggal 31 Januari, Aku dan Mas Anto pun berangkat dari Bandung menuju Pangandaran. Saat itu aku mengajak Alia, adik iparku. Karena itu acara kantor, aku pun inisiatif untuk mengajaknya, karena aku sadar, aku tidak begitu akrab dengan teman-teman sekantornya Mas.

Acara itu pun selesai, dan kami pulang di tanggal 2 Februari 2020. Setelah liburan itu, semua kembali kepada biasanya. Tidak ada yang aneh dan hiruk-pikuk pun seakan menjadi warna yang indah. Hari-hariku pun banyak dirasuki dengan isu-isu tentang Pandemi yang siap untuk mewabah di Dunia. Hati merasa was-was namun tidak ada pilihan lain selain menyiapkan diri, dan pikiranku saat itu, hal ‘menyeramkan’ itu tidak akan berlangsung lama.

Sebulan berlalu, tepatnya di tanggal 6 Maret 2020 (kalautidak salah), hari itu pun terjadi. Hari yang menjadi awal perubahan hidup kami. Hari yang tidak pernah di harapkan namun memang sudah kuduga akan terjadi nantinya.

Pada hari itu, tepat dimana ada satu keluarga yang berjumlah 3 orang datang dari luar negeri dan terkonfirmasi positif Covid-19. Dari situlah, kacau satu Indonesia. Satu persatu orang mulai tertular. Wilayah per wilayah mulai menyebar. Perlahan kami mulai ‘dihabisi’ oleh virus ini. Ada yang tumbang hingga tak selamat. Semoga mereka Husnul Khotimah. Aamiin.

Tanggal 15 Maret 2020, adalah hari pertama ditetapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Tidak ada yang boleh keluar rumah, tidak ada aktivitas di luar rumah, tidak ada hiruk-pikuk seperti biasanya. Semua orang “dikurung” dalam rumahnya masing-masing. Berikut dengan sebagian mata pencaharian kami.

Anehnya, Mas Anto masih ke kantor, tidak ada pembatasan sosial maupun tidak WFH (Work From Home). Kebijakan masih simpang siur, kabar burung bertebaran di seluruh sosial media dan segala bumbu-bumbu politik pun ikut memperkeruh situasi. Zona merah hingga hitam mulai merambah beberapa daerah kota dan sekitarnya.

Namun pandemi ini bukan sekedar hanya melawan virus yang mengancam kesehatan, namun ada yang lebih pahit dari itu. Sebagian dari masyarakat kehilangan pekerjaannya dan kehilangan juga mata pencahariannya.

Toko-toko tutup, tempat wisata, makan dan bahkan tempat ibadah pun di tutup. Tidak ada lagi kaki lima di pinggir jalan. Tidak ada lagi hang-out di Mall atau no­ngki-nongki (nongkrong-ngopi) cantik.

Pada saat itu, Mas baru mulai bisnis sampingan di kedai kopi dengan ikut jualan roti bakar. Namun kini harus rela bubar karena kedai kopi dilarang buka hingga waktu yang tidak ditentukan.

Bukan itu saja, Mas yang pekerjaan utamanya sebagai sales mobil di produk Wuling pun ikut terkena imbas, di mana masa krisis seperti ini siapa yang ingin beli mobil?

April 2020, akhirnya Mas pun menjalani WFH dan Alhamdulillah pada bulan ini penjualan Mas masih cukup untuk memenuhi kebutuhan primer kerajaan kecil kami. Sebagiannya itu pun adalah penjualan bulan kemarin yang tertunda dan Alhamdulillah bisa untuk menutup kebutuhan kami di bulan ini.

Minggu akhir pada bulan ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan.  Aku selalu percaya, sulitnya kondisi krisis saat ini akan selalu Allah mudahkan dan akan selalu ada rejeki untuk kami walau kami tidak mencarinya. Apalagi ini, kami masih berusaha, InsyaAllah Allah tidak akan lengah pada hamba-hamba-Nya yang senantiasa berdoa dan berusaha.

Betul saja Allah berikan rejeki pada kami, Allah pun menurunkan kepada kami penyakit. Ya, Aku dan Mas akhirnya tumbang. Kami sakit berbarengan dengan gejala yang berbeda. Namun yang kami alami bukan gejala sakit Covid-19 di mana tidak bisa mencium atau demam selama 2 minggu.

Sakit yang aku alami adalah flu yang rutin menghampiriku setiap bulan atau bahkan 2 minggu sekali, karena memang aku pun ada alergi dingin. Sedangkan Mas mengalami pusing dan berat tengkuk, seperti orang yang sedang darah tinggi. Mungkin karena Mas banyak pikiran, hingga ia mengalami darah tinggi terlebih situasi seperti

Yang menjadi masalah adalah sakit kami berbarengan persis, mana di Bulan Puasa. Almira anak kami pun tidak terurus makan dan mandinya. Aku dan Mas pun hanya bisa menangis bersama di hari itu. Allah pun memudahkan dengan adanya aplikasi apotek daring, hingga kami masih bisa berobat, dan Almira dibawa oleh kakek neneknya, dan Alhamdulillah kami pun dikirimi makanan juga. Batallah puasa kami satu minggu itu.

Bulan Mei, PSBB masih gencar dimana-mana. Mas belum menemukan hilal atau pencerahan akan dapat konsumen dari mana untuk memenuhi kebutuhan kami bulan ini. Mas pun jadi was-was karena jika bulan ini tidak ada penjualan, maka bulan depan Mas tidak akan digaji. Hal itu sesuai dengan peraturan baru akibat Covid-19 ini.

Tabungan kami pun sedikit-demi sedikit mulai terpakai karena memang kehidupan kami mengalami besar pasak daripada tiangnya, dan itu terjadi disebagian besar keluarga lainnya.

Lebaran pun berlalu dan keajaiban pun Allah turunkan. Dimana ada seorang manager pabrik yang tiba-tiba ingin membeli mobil. Syukurlah masih ada rejeki untuk kami. Berkah Iedul Fitri bagiku.

Juni 2020, bulan dimana kami harus merubah haluan kapal kami yang sudah hampir 3 bulan ini terombang-ambing derasnya ombak Samudra Kehidupan.

Mas Anto benar-benar sudah tidak ada lagi gambaran akan punya uang dari mana, Aku sebagai istri, pun ikut khawatir. Jadi dengan terpaksa Aku pun akhirnya memutuskan mencari pekerjaan agar bisa membantu Suami ku.

Tanggal 25 Juni 2020, aku pun masuk pada sebuah perusahaan Pialang. Mungkin di saat itu aku begitu terdesak dan begitu tergiur dengan penghasilan yang ditawarkan, hingga Aku pun mau mejalani pekerjaan gambling ini.

Seminggu bekerja disana Aku dan Suami pun memutuskan untuk meninggalkan apartment ternyaman kami agar Almira bisa diantar-jemput lebih dekat. Kami pun mendapat kost-kostan yang memang tidak terlalu nyaman, bahkan bisa dikatakan kamarnya itu sumpek banget.

-Aku tahu saat aku menulis ini, orang Pialang akan merasa tersinggung karena yang mereka yakini adalah bahwa perusahaan mereka bukanlah perusahaan Judi/ gambling. Namun yang dipertaruhkan disini adalah sebuah kehidupan seseorang yang tidak dihargai sama sekali.-

Aku bekerja disana sampai bulan September 2020. Aku resign karena disadarkan oleh Suamiku. “untuk apa bekerja lagi disana, 3 bulan habiskan waktu, tenaga, uang dan harga diri tapi tidak di hargai sama sekali. Pergi pagi pulang malam, tidak ada waktu untuk anak, keluarga, setiap hari ketemu client brengsek. Untuk apa?” katanya dengan sedikit marah.

Memang semua itu benar adanya. Atas semua yang telah aku korbankan demi pekerjaan perset*n ini, mulai dari pindah rumah yang tidak gratis, anakku ku titipkan pada Alia yang notabenenya anak sekolahan dan harus mengurus anakku. Aku pun telah kehilangan waktu dimana Almira sedang bertumbuh. Dan semua itu tidak ada bayaran sama sekali.

Perasaanku kacau saat itu, kecewa, marah, kesal, sedih dan aku  pun mengundurkan diri dengan tidak hormat saat itu. Karena aku kabur. Kabur dari perusahaan penjual saham dan penjual wanita. Tidak bertanggung jawab sama sekali!

Kembali pada kisah Suamiku, Bulan Juni Suamiku resmi tidak menerima gaji. Dia pun stres parah, hingga tidak mau datang lagi ke kantor. Kemudian pada bulan Juli-Agustus Mas Anto memilih untuk sibuk mencari pekerjaan lain atau pekerjaan sejenis dengan berbeda produk otomotif.

Pada akhir Bulan Agustus, Suamiku pun resign dari kantor sebelumnya dan sekarang menjadi sales di produk sebelah, yaitu DFSK. Awal mula mas masuk di kantor ini adalah karena jika memang tidak jualan, karyawan akan tetap digaji walau hanya 1,2 juta.

Bulan-bulan berlalu, suka duka pahit asamnya Mas Anto saat bekerja di kantor ini sudah aku jabarkan disini. Di mana Mas harus bulak-balik Bandung-Purwakarta, menerima berbagai cobaan dari semua circle pertemanan, atasan dan juga client.

Aku yang sudah tidak kerja, sedang sibuk healing. Namun aku pun tidak hanya berdiam diri. Aku pun menebar jalah mengirimkan CV dan lamaran pekerjaan  di seluruh penjuru kota. Aku bergeriliya setiap hari. Tidak hanya 1 atau 2 CV, namun 25 hingga 30 CV per hari.

Ada 1 – 2 yang nyangkut, sempat dipanggil interview juga training. Namun tidak ada satu pun yang pada akhirnya menerima aku bekerja. Sungguh pedih rasanya saat itu. Perasaan insecure-ku semakin menjadi-jadi. Bukannya healing agar aku mendapatkan pekerjaan dan menyibukan diri agar lupa dari pekerjaanku sebelumnya, yang ada hanyalah membuat aku semakin down.

Tidak terasa, kini sudah menginjaki akhir tahun. Tanpa disadari kami mengarungi badai pandemi ini hampir 1 tahun, atau sekitar 9 bulan. Namun semakin ke sini, semakin keadaan mengempit kami. Banyak sekali gangguan gangguan mental dan menguji iman yang membuat kami terjebak pada masalah yang satu per satu bermunculan.

Saking dinaungi oleh rasa “butuh” yang ada, Mas pun terjerumus dalam lubang neraka Pinjaman Online yang dimana total pinjaman hingga 8-10 juta, dan bunga membengkak hingga 25jutaan. Kemudian ada pula masalah dengan Ibu Mertuaku, yang tak memenuhi kewajibannya menyicil BPKB Motor Suamiku yang sempat dipinjamnya untuk digadaikan pada tahun 2019 lalu.

Hal itu membuat Motor Suamiku sempat dijabel debt collector dan harus menebusnya yang artinya kami harus keluar uang lagi, tanpa mengurangi total hutang Ibu Mertua ku kepada pihak Gadai. Belum lagi masalah yang masih kebawa-bawa dari pekerjaanku di Pialang itu, membuat Mas kadang merasa tiba-tiba murka.

Oleh karena itu, hanya sebatas untuk meredam emosi yang dia alami, aku pun bertanya apa yang ingin ia lakukan agar perasaannya sedikit tenang. Entah kenapa dia memilih untuk melakukan hal yang menurutku ga harus dilakukan.

Tapi demi menenangkan ia yang gusar, aku pun tidak ada pilihan lain untuk menurutinya, yaitu dengan jalan dengan wanita yang sempat merebut hatinya namun tidak sempat mengungkapkan perasaan. Tak lama, sekitar akhir September atau Awal Oktober (aku tidak mau mengingatnya), mereka pun jalan berdua dan pergi berenang bersama.

Tentunya hal itu tidak menyelesaikan masalah, pada saat itu. Cerita yang timbul dikarenakan Mas pergi berenang dengan wanita itu pun sudah aku tulis disini. Namun, masalah ini dapat terselaikan dengan sendirinya walau memerlukan waktu setidaknya 6 bulan lamanya.

* * * * * *

Singkat cerita, akhirnya kami pun sampai di Bulan Januari 2021. Apakah Pandemi sudah usai? Apakah Masalah sudah berhenti? Ku jawab dengan lantang, BELUM!

Pertengahan Januari atau sekitar Tanggal 11-15 Januari, Almira, Ratu kecil kami tercinta mengalami step, yang mana ia panas demam hingga badannya menggigil atau kejang-kejang. Anakku sampai dilarikan ke rumah sakit. Segala drama saat anakku masuk rumah sakit, sudah aku tulis disini.

Tapi tidak lama dari situ, Allah pun memberi rejeki kami lagi. Rejeki yang Allah turunkan adalah rejeki sakit yang jatuh kepada ku. Ya, aku pun sakit, dan ternyata aku Positif Covid-19, dan ini akibat dari Almira yang dirawat di RS yang membuat imunku lemah dan akhirnya tumbang lagi.

Masalah tak hanya sampai disitu, lagi-lagi kerajaan kecil kami mengalami porak-poranda dari badai yang tak kunjung berhenti. Kali ini masalah datang dari Mas Anto yang sering sekali pulang malam dan suka hilang kabar. Seharian ia bersama teman-temannya, terkadang hingga larut malam.

Aku tidak tahu apakah karena ia masih marah karena aku, atau memang ia selalu sibuk karena pekerjaannya. Setiap aku menanyakan hal ini, tak jarang kami selalu bertengkar. Dia bahkan bersikukuh dengan statment dia jika yang ia lakukan ini hanyalah sebatas demi mencukupi kebutuhan kerajaan kecil kami. Namun yang aku rasakan tidak seperti  itu pada saat itu, yang aku rasakan ia seperti menghindar dari ku.

Aku sakit, sendirian, tidak ada makanan dan tidak ada satu pun orang yang menolongku saat itu. Tapi ternyata Mas menghubungi Mamahnya dan Ibu Mertuaku pun datang membawa obat-obat herbal dan makanan untuk persediaanku selama masa Isolasi Mandiriku.

Setelah sembuh dari sakitku, dan telah dinyatakan negatif, Mas pun memutuskan agar kami pindah rumah lagi. Akhirnya pada Februari 2021, kami pun pindah rumah ke tempat yang nyaman, kamar luas dan halaman luas.

Satu bulan disana, Aku merasa Tuhan sedang menghukumku. Di mana, Mas bener-bener yang ngga pulang, pulang pun malem jam 12 atau jam 1 malem. Almira selalu di jemput neneknya dan main seharian bahkan kadang nginep.

Sedangkan Aku disini sendirian, diselimuti kesepian dan keheningan. Masak sendiri, dimakan sendiri, melakukan apa-apa sendiri. Tidur kadang sendiri, ya mungkin Mas akhirnya pulang juga, namun kami tidak ada waktu untuk saling berbagi cerita atau berbagi keluh kesah.

Jika aku menanyakan dia kenapa, bagaimana, atau apa, entah bagaimana semua menjadi kacau, kami pun malah bertengkar dan seakan semua masalah tak kunjung selesai.

Hari-hari Aku hanya menangis, sholat, nangis lagi, minta ampunan sama Allah dan Aku meminta petunjuk harus bagaimana. Tak jarang juga Aku meminta agar setidaknya aku bisa mendapatkan pekerjaan agar dalam perahu ini sedikitnya aku bisa membantu mengayuh dan dapat mencapai tujuan kami bersama.

Semakin hari semakin berat ku rasakan. Hingga ada suatu masa aku dan suami hampir 3 hari penuh tanpa ada satu patah kata pun yang terucap antara kami. Aku menyiapkan sarapan, tapi tidak menegurnya. Kadang Mas juga pergi pagi-pagi sekali. Sebelum Aku bangun, tanpa pamitan. Namun katanya ia selalu menyempatkan untuk mencium keningku saat pergi ataupun saat tiba di rumah jika aku sudah terlelap.

Apa kalian percaya? Aku sedikit ragu tentang itu, namun harus ku junjung tinggi rasa percaya ku padanya, agar kokohnya tiang-tiang layar bahtera ini.

Semua masalah itu ada limitnya dan selalu berjalan menuju jalan keluarnya. Allah memberikan itu dan sampailah dimana masalah ini sudah mencapai ambang batasnya.

Malam itu Mas pulang, tepat pukul 11 malam. Aku baru setengah tidur kala itu, dan membuat kami menjadi membahas semua masalah yang terjadi belakangan ini. Percakapan ini di warnai dengan tangisan, perdebatan dan kerinduan yang berkecamuk di tengah malam.

Aku pun mereda, emosi Mas mereda. Mas pun bercerita bahwa ia akan resign dari kantor yang sekarang ini dan mulai bekerja di kantor baru pada pertengahan Bulan Maret 2021. Mulai ada titik terang untuk kapal kami yang sudah tak tentu arah lebih dari satu tahun ini. Setidaknya ada pulau di depan untuk kami beristirahat dan harapannya kami bisa tinggal lebih lama lagi.

Mas pun bekerja di produk Hyundai. Alhamdulillah gajinya UMR dan di tambah dengan bonus-bonus lainnya jika ada penjualan. Namun masa percobaannya adalah 3 bulan, jika 3 bulan tidak ada peningkatan maka hubungan Mas dan Perusahaan akan di cut.

Namun Mas tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, karena lumayan untuk menyambung hidup kami setidaknya untuk 3 bulan ke depan.

Namun mungkin bukan jodoh rejeki Mas untuk tetap bekerja disini. Pulau ini tanahnya kering dan tidak bisa ditanami apapun. Jikalau ada tanaman, yang ada hanyalah tumbuhan berduri dan beracun.

Ya, Lagi-lagi masalah dengan atasan dan client kembali lagi terjadi disini. Dramanya pun sudah ku tulis disini. Masih nyambung dengan cerita di kantor DFSK sebelumnya.

Masya Allah Tabarakallah, Allah masih memberi subsidi kepada kami. Tak membutuhkan jeda waktu sama-sekali dari situ atau sekitar akhir Juli 2021, Mas pun langsung interview di kantor produk Toyota yang menjadi kantornya hingga sekarang ini.

Disini anginnya bagus, tanahnya subur. Alhamduliilah bisa untuk menghidupi kami walau masih tanaman cabai dan tomat. Kedepannya kami ingin menanam padi dan semoga bisa menanam kayu Jati.

Semoga Allah langgengkan rejeki kami disini dan semua penjualan Mas lancar-lancar semuanya. Aamiin aamiin Yaa Rabbal’aalaamiin.

 

20 Oktober 2021

Ami Fajriani

Komentar

Recomendasi

Kasih Judul Sendiri ya :D

Cerita